Akhir bulan Desember 2007 lalu, semasa libur sekolah, saya diundang oleh SMPN 83 Jakarta untuk mengisi workshop sehari tentang metodologi pembelajaran bagi 30an orang guru di sana. Tidak dengan spesifik merinci materi yang diharapkan dari pengundang, saya menawarkan untuk membawakan materi favorit saya yaitu cooperative learning, dan mengajak partner saya Sopyan MK. Mengapa? Ini karena masih banyak proses pembelajaran dikelas masih bersifat konvensional dan menjadikan siswa sebagai obyek belajar, juga guru-guru yang tidak kaya dengan beragam metodologi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Benar saja, ketika saya menyampaikan materi tersebut, banyak guru yang tidak terlalu mengenal istilah-istilah pendekatan atau strategi pembelajaran seperti round robin, think-pair-share, dll. Yang mereka kenal hanya satu dalam coop learning, yaitu jig-saw. Kepala sekolah dan jajarannya menerima saya dengan baik dan diadakan acarapembkaan sederhana segala. Tapi yang saya terkejut, para guru ternyata tidak bersikap positif saar kegiatan pembukaan berlangsung karena mereka sibuk dengan berkas-berkas yang harus mereka selelsaikan segera seperti menghitung nilai siswa, menyiapkan RPP, dan lain sebagainya. Bahkan ketika saya membuka kegiatan, mereka toh tetap saja sibuk dengan urusan administratif tersebut. Dengan berani, saya meminta mereka (yang rata-rata guru sudah senior)untuk stop kegiatan apapun karena sesi ini adalah sesi belajar, dan saya hadir untuk membantu mereka belajar satu metode baru buat belajar. Agak keras memang, tapi saya sampaikan dengan sopan dan akhirnya saya membuat aturan untuk workshop untuk disepakati seperti: HP harus off-silent, angkat tangan untuk bicara, tidak boleh keluar masuk seenaknya alias harus ijin, tidak merokok selama pelatihan dan tentunya tidak ada yang mengerjakan kerjaan lain selain harus fokus pada workshop.
Selama workshop berlangsung mereka mendapatkan tehnik2 baru dalam kooperatif learning dan langsung mempraktekkannya. Luar biasa mereka nampak enjoy dengan apa yang saya terapkan dan merasakan hal baru dalam strategipembelajaran. Walaupun ada nada-nada sumbang agak sulit diterapkan kata mereka, tapi banyak guru yakin ini bisa membuat perubahan dalam praktek dikelas sehingga siswa bisa leboh enjoy belajar dikelas atau diluar kelas. Setelah pelatihan dilakukan evaluasi dengan hasil sbb:







No comments:
Post a Comment